Danang adalah anak bungsu nomor delapan dari delapan bersaudara. Sejak masih berusia setahun, Danang sudah ditinggalkan ayahnya. Ayah Danang meninggal karena sakit, sehingga ibu Danang harus banting tulang sendirian membiayai anak-anaknya agar bisa terus sekolah.
Hasilnya tak sia-sia, ketiga kakak Danang berhasil lulus dan akhirnya mereka diterima menjadi guru. Hal itu tentu meringankan beban karena dengan demikian mereka bisa membantu membiayai adik-adiknya untuk terus sekolah, termasuk Danang.
Untuk urusan prestasi, Danang termasuk golongan anak yang sangat pintar. Sejak SD hingga SMP ia selalu menjadi juara kelas. Selulusnya SMP, Danang diterima di STM favorit di Yogyakarta. Saat di STM Danang mengambil jurusan pertambangan. Ibu Danang dan kakak-kakaknya gembira betul Danang diterima di STM favorit itu. Sekolah itu adalah sekolah yang diidam-idamkan Danang dan keluarganya.
Danang pun belajar lebih serius lagi. Ia tak pernah membolos sekalipun. Kegiatan seperti ekstra kurikuler dan praktik selalu diikutinya dan juga kegiatan apapun. Keseriusan Danang membuahkan hasil. Ia diganjar sebagai juara kelas.
Selulusnya Danang dari STM, ia langsung dikirimkan ke Kalimantan oleh pihak sekolah untuk bekerja di pertambangan batu bara. Danang tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia berangkat ke Kalimantan. Di sana, ia harus sedikit lebih mandiri, karena ternyata letak tempatnya bekerja ada di tengah hutan belantara, sangat jauh dari keramaian kota.
Tak pernah Danang bayangkan sebelumnya bekerja di sana. Namun begitu, walaupun tempatnya sepi, Danang tidak putus asa. Ia tetap bekerja dengan semangat, demi kebahagiaan ibu dan kakak-kakaknya.
Tempat tinggal Danang dengan tempat kerjanya lumayan jauh. Jika ditempuh dengan motor memakan waktu sekitar sejam. Jika Danang ingin ke kota ia membutuhkan waktu kurang lebih dua jam. Karena jalan yang belum diaspal dan harus melewati berkilo-kilometer hutan belantara yang cukup sepi.
Kepercayaan di tempat tinggal Danang cukup aneh. Jika pergi belanja ke kota, maka pulangnya tak boleh membawa sate atau ayam bakar. Entah, kenapa kepercayaan yang seperti itu masih dipercayai oleh warga kampung di sana. Danang hanya menjawab “iya iya” saja ketika masyarakat memberitahunya. Ia tak mau menyangkalnya sebab ia cuma pendatang. Namun, dalam hati kecilnya, ia tak percaya dan heran dengan kepercayaan tersebut.
Waktu itu, Danang sudah sampai di tempat tinggalnya sekira pukul tujuh malam. Namun, itu juga menjadi hari tersial bagi Danang. Ketika kerja, ia tak kebagian jatah makanan sehingga malam itu perut Danang terasa sangat keroncongan.
Demi menuntaskan rasa keroncongannya, Danang langsung berangkat dari tempat tinggalnya menuju ke kota mengendarai sepeda motor. Sesampainya di kota, Danang segera mencari pedagang sate kambing. Itulah makanan kesukaan Danang.
Danang memesan dua porsi. Satu porsi untuk dimakannya di tempat. Satu porsi lagi dibungkus untuk sarapan keesokan harinya. Setelah pesanan yang sudah jadi, Danang segera pulang. Waktu juga sudah menunjukkan angka sebelas malam.
Di tengah-tengah perjalanan inilah terjadi hal di luar nalar. Ketika ia sampai di hutan, mendadak jatuh ranting pohon yang sangat besar di depannya. Ia segera menginjak remnya.
“Astaga! Sedikit lagi tamat riwayatku,” tutur Danang dalam hati.
Akhirnya, Danang langsung turun dari motornya. Ia berniat menyingkirkan ranting pohon itu. Karena ranting pohon itu menghalangi jalannya. Itu jalan satu-satunya menuju ke tempat tinggalnya.
Saat Danang akan menyigkirkan ranting pohon itu, tiba-tiba mesin motornya mati dengan sendirinya. Keadaan yang semula agak terang karena terbantu sorotan lampu motor menjadi gelap gulita. Perasaannya mulai tidak enak, jantung Danang mulai berdetak kencang... dag-dig-dug-dag-dig-dug...
Napasnya terdengar terengah-engah, sementara bulu kuduknya meremang. Tapi Danang tak menghiraukan hal itu. Ia tetap menyingkirkan ranting pohon itu. Setelah berhasil menyingkirkannya, ia segera menghampiri motornya. Namun, sial baginya karena motor yang semula tidak apa-apa kini mati mendadak. Dan angin pun mendadak bertiup kencang.
Danang hanya bisa menahan rasa takutnya sekaligus menahan rasa dingin. Saat berniat mendorong motornya, tiba-tiba terdengar suara orang tertawa terbahak-bahak.
Danang jadi semakin merinding. Ia celingukan mencari sumber suara itu. Dari balik pepohonan yang besar, keluarlah sesosok makhluk yang badannya tinggi besar. Kedua matanya yang bulat dan besar memancarkan sinar berwarna merah. Hidungnya lebar, mulutnya besar. Seluruh kulit dan tubuhnya berwarna hijau dan penuh dengan bulu. Di atas kepalanya ada sebuah tanduk, mirip sekali tanduk badak bercula satu.
Danang tercengang melihat makhluk itu, tubuhnya gemetaran. Semua organ tubuhnya menjadi kaku dan sulit digerakkan. Danang cuma bisa diam dan terus memandang makhluk itu. Lalu makhluk itu berjalan mendekati dirinya. Setelah makhluk itu di depan Danang, makhluk itu langsung merebut bungkusan sate kambing miliknya. Makhluk itu segera memakan sate miliknya sambil tertawa. Setelah makan makhluk itu langsung bergegas pergi meninggalkan Danang sambil tertawa dan tak berapa lama kemudian ia telah menghilang dengan sendirinya.
Setelah makhluk itu menghilang tiba-tiba motor Danang bisa hidup kembali. Danang buru-buru tancap gas meninggalkan tempat itu. Sesampainya di tempat kosnya Danang baru ingat perkataan orang kampung kalau ke kota pulangnya tak boleh bawa sate atau ayam bakar.
“Ternyata itu sebabnya kenapa kalau pulang tidak boleh bawa sate ataupun ayam bakar,” begitu kata Danang dalam hati.
Semenjak kejadian itu Danang tidak pernah berani lagi untuk membungkus sate atau ayam bakar untuk dibawa ke kosnya.
Комментарий
Angker – страшное и таинственное место, населенное духами (глухой лес, заброшенный дом, старый колодец, большое дерево, старинные антикварные вещи и т.д.).
Makhluk – арабизм со значением «живое существо». Обычно встречается в словосочетаниях makhluk halus, makhluk lembut – «бестелесное существо», «призрак». Герою былички Данангу была оказана честь встретить зооморфного лесного духа-стража. В данном случае сатэ (см. ниже) считается его любимой пищей, способной привлечь внимание лесного духа и вызволить его показаться людям. На всякий случай, чтобы избежать этого, местные жители ввели «запрет на ввоз» в лесную чащу сатэ. «Зеленый макхлук» из этого рассказа оказался безобиден, но Дананг явно не зря опасался за свою жизнь.
Sate – шашлыки-сатэ небольшого размера, подаются с ореховым соусом.
Kos – съемная комната c отдельной ванной в частном гостевом доме. Популярно среди студентов.
kosa kata
banting tulang |
выбиваться из сил, упорно трудиться |
Prestasi |
достижения, успехи |
juara kelas |
лучший в классе |
mengambil jurusan |
выбрал специальность «горное дело» |
sekolah yang diidam-idamkan/ |
школа мечты |
tak pernah membolos sekalipun |
ни разу не прогулял |
diganjar |
был награжден |
tak putus asa |
не отчаялся |
dalam hati kecilnya |
зд. в глубине души |
dalam hati |
про себя |
ia tak kebagian jatah |
ему не досталась его доля |
perut keroncongan *keroncong |
зд. проголодался * оркестр четырехструнных щипковых |
nalar |
разум, рассудок. |
gelap gulita |
темно, хоть глаз выколи |
napasnya terengah-engah |
дыхание сбилось |
bulu kuduknya meremang |
волосы на затылке встали дыбом |
tertawa terbahak-bahak |
раскатисто смеялся |
merinding |
ощетиниться |
ia celingukan |
вертел головой во все стороны |
tanduk badak bercula satu |
рог носорога |
tercengang |
Изумился |
tubuhnya gemetaran |
задрожал всем телом |
menjadi kaku |
оцепенел, застыл |